Tak Ada Notifikasi di Setiap Transaksi E-Wallet? Hati-hati!
Menggunakan uang elektronik memang menyenangkan tetapi ternyata menyimpan potensi bahaya. Rahmat yang dulunya selalu transaksi dengan uang tunai kini cukup membawa satu kartu yang mampu menjadi alat tukar. Rahmat merupakan orang yang sangat teliti dalam hal keuangan, tetapi dia kesulitan untuk mengetahui transaksi apa saja yang dilakukannya dengan e-wallet, karena belum ada notifikasi yang masuk ke dalam e-mail ataupun nomor telepon pribadi.
Hal itu tentu biasa saja bagi orang yang tak terlalu teliti, tetapi bagi Rahmat itu menyulitkannya karena dia harus selalu melakukan cek terhadap saldo yang dimilikinya dan itu cukup merepotkan jika dia tak memiliki waktu banyak untuk sekedar pergi ke ATM. Selain itu notifikasi juga bisa menjadi pembanding apabila struk dari ATM tidak sesuai dengan saldo yang kita isi. Rahmat sudah menyadari rentannya keamanan dan masih lemahnya sistem e-wallet ini, sehingga dia hanya menggunakan e-wallet itu seperlunya saja karena sadar resiko yang mengintainya.
Rahmat cukup pintar untuk tidak tergiur dengan banyaknya promo ataupun cashback yang didapat jika menggunakan e-wallet, dia lebih memikirkan keamanan data pribadinya yang bisa saja disalahgunakan oleh pihak lain. Hal sesimpel ini menjadi perhatian bagi masyarakat yang sadar tentang bahaya tidak adanya notifikasi dalam setiap transaksi, tetapi sekarang pertanyaannya, ada berapa banyak masyarakat yang sadar tentang resiko itu? Karena itu biar makin banyak orang sadar tentang pentingnya notifikasi di tiap transaksi yuk download VIE, supaya tak perlu khawatir lagi soal transaksi keuanganmu.
Saldo Hilang Respon Komplain Lambat, E-Wallet Masih Bermasalah?
Terbiasa untuk menggunakan e-wallet dalam setiap transaksi memang menjadi kebiasaan Juna. Apalagi ada produk yang banyak menawarkan promo serta kemudahan dalam proses pembuatan akun. Namun, teknologi canggih itu berbanding terbalik dengan keamanan datanya. Juna memiliki akun e-wallet yang biasa digunakannya lewat ponsel, tetapi tiba-tiba saldo yang dimilikinya berkurang bahkan ludes untuk dipakai transaksi di salah satu toko online.
Juna bingung dengan apa yang terjadi dengan e-wallet miliknya karena dia yakin dirinya tidak melakukan transaksi apapun, tetapi tiba-tiba saldo berkurang. Kemungkinan besar akun e-walletnya telah dibobol hacker dan saldonya digunakan untuk berbelanja. Juna kemudian coba menghubungi customer service tempat dirinya membuat e-wallet tersebut, tetapi tidak ada jawaban yang memuaskan tentang apa yang terjadi dan terkesan ditutupi. Hingga pada akhirnya Juna dihubungi kembali oleh pihak pembuat dan mengatakan akan menyelidiki apa yang terjadi dengan akun e-walletnya.
Kejadian ini sedikit membuat Juna tenang tapi dia kini lebih menyadari bahwa meski teknologi canggih dan terintegrasi dengan ponsel miliknya, ternyata dari sisi keamanan masih menyisakan masalah yang bisa dimanfaatkan oleh pihak lain. Selain itu untuk mendapatkan jawaban dari pihak pembuat e-wallet juga butuh waktu lama dan tidak dapat menyelamatkan saldo yang hilang. Dengan fitur-fitur keren VIE tentu saja hal yang dialami Juna bisa dihindari, langsung saja gunakan aplikasinya agar kamu-kamu yang kekinian tak perlu lagi mengalami masalah seperti Juna.
Kartu Yang Tertukar
Pagi itu Supri kembali terburu-buru ke kampus karena semalam dia mengikuti ajakan Herman untuk ikut acara nonton bareng final Liga Champions. Matanya masih merah, untuk membuat sarapan saja malas sekali rasanya, sehingga dia memutuskan untuk membeli makanan siap saji di gerai waralaba terkenal. Jaraknya cuma sekitar 300 meter dari tempat tinggalnya, dan Supri langsung memilih sosis dengan saus barbeque sebagai sarapan paginya. Saat hendak membayar, matanya yang mengantuk tiba-tiba langsung menyorot ke arah perempuan bak bidadari. Bengong dan membisu itulah respon Supri pertama kali melihat perempuan itu.
Perempuan itu bernama Maya, dia juga hendak membeli air mineral karena lupa membawa dari rumah. Setelah mengambil sebotol air mineral di lemari pendingin, Maya kemudian menuju kasir, dimana ada Supri disitu. “Biar saya saja mbak yang bayar,” ucap Supri. “Oh, nggak usah mas, saya pakai e-money saya saja untuk bayar.” Tutur Maya yang kaget ada sosok laki-laki dengan wajah mupeng yang ingin mentraktirnya.” Tak mau kalah Supri juga mengeluarkan kartu E-money miliknya. “Pakai punya saya aja mbak, air mbak ini saya yang bayarin,” ucap Supri kepada sang kasir. Kedua orang itu memberikan kartu E-money, yang kebetulan dikeluarkan oleh perusahaan yang sama dan memiliki warna yang sama identik.” Mbak kasir pun bingung, akhirnya dia mengambil dua kartu itu kemudian berkata,” Mas, Mbak, daripada bingung, mendingan suit aja, siapa yang kalah dia yang bayar”. Ide yang konyol, tetapi Maya berpikir daripada dia harus lama-lama berada dekat laki-laki aneh ini, dia mengiyakan saran mbak kasir itu. Sementara, Supri merasa ini kesempatan untuk bisa memegang tangan sang bidadari. Akhirnya setelah suit, Supri kalah dan dia harus membayar transaksi Maya. “Oke mba, aku yang bayar,” ucap Supri. “Ya sudah”, jawab Maya. Mbak kasir kemudian melakukan pembayaran dan mengembalikan satu kartu e-money kepada Maya.
Transaksi selesai, Supri melempar senyum kepada Maya, sementara Maya cuek saja. Mereka melanjutkan aktifitas masing-masing. Sampai pada akhirnya Maya kembali ingin menggunakan kartu E-moneynya untuk membeli makan siang. Betapa terkejutnya dia bahwa saldo di E-moneynya tidak cukup, padahal baru saja dia mengisi kemarin setelah pulang kampus. Di tempat lain Supri justru riang bukan kepalang setelah mengetahui saldo E-moneynya “bertambah”, padahal tadi dia mentraktir perempuan cantik sebelum sampai kampus. Maya menyadari bahwa kartu E-moneynya tertukar, dia mengetahui itu dari fisik kartu yang dirasakan berbeda. Kartu E-money milik Maya masih bersih, sementara kartu E-money yang dipegangnya saat ini cenderung berminyak dan agak kotor. Tetapi nasi sudah jadi bubur E-money yang tertukar saldonya juga tak bisa ditukar, kejadian seperti ini seharusnya tidak terjadi jika saja Maya atau Supri memilki aplikasi VIE di ponsel mereka untuk membatalkan transaksi elektronik yang salah. Supri untung, Maya jadi buntung.
Hannover Messe
Hannover messe exhibition is focused on various latest issues technology and manufacturing industry solution , including the application of technology in the industrial revolution ke-4. Being present at big event that will not only make Indonesia as the first state in asean being official partner country , but also support the national branding for Indonesia position as one of the world economy and the new global manufacturing Will take the theme: Industrial Transformation, and paviliun Indonesia as a partner country equipped them with the theme “Making Indonesia 4.0” As well as support with tagline Connect to Accelerate.
The participation of Indonesia as official partner country will open opportunities to do National Branding for Indonesia position as one of the new world economy and the player. global manufacturing. The tagline: Connect to Accelerate. Described a solicitation and an invitation to synergize to all stakeholders at home and abroad in order to expedite the growth of industry Indonesia through the application of the tech industry 4.0.
If you feel that your current financing ecosystem still full of loopholes, we might have the answer for you! Talk with us @Hannover Messe 2020
Pelangi Di Lautan
Tahukah kalian bahwa sekitar 60% masyarakat Indonesia tinggal di sekitar wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam laut yang banyak? Sektor kelautan merupakan salah satu sektor yang sangat diandalkan penduduk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama masyarakat nelayan. Nelayan memiliki tanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan berjasa untuk meningkatkan sektor perikanan di Indonesia. Namun, banyak yang beranggapan bahwa profesi tersebut kurang sejahtera karena beberapa faktor. Mengapa kondisi nelayan sering disebut kurang sejahtera? Beberapa permasalahan yang terjadi yaitu penggunaan alat tangkap yang sebagian besar masih tradisional adalah salah satunya. Walaupun para nelayan Gotong Royong dalam mencari ikan, namun pendapatan yang diperoleh nelayan sifatnya harian dan jumlahnya tidak bisa ditentukan. Akan tetapi kondisi tersebut dapat diatasi dengan kemajuan teknologi aplikasi nelayan dari Ledgernow yang turut membantu para
masyarakat pesisir serta nelayan untuk bisa lebih produktif dalam menangkap
ikan. Selain itu juga memudahkan kinerja nelayan dalam melaut dan mari wujudkan bersama #PelangiDiLautan untuk senyum para nelayan Indonesia
Mengapa Harus Berevolusi Ke Industri 4.0?
Kementerian perindustrian bekerja sama dengan startup4industri terus menunjukan dukungannya terhadap startup dan UMKM dalam bersaing dalam dunia industri dalam negeri untuk mulai berkembang menjadi sebuah organisasi yang lebih baik. Hal ini sangat terlihat dari rangkaian acara Seminar dan Pameran yang diselenggarakan oleh Kementerian Perindustrian dan Startup4industry pada tanggal 11 dan 12 Desember 2019 di Balai Kartini, Jakarta.
Seminar yang diselenggarakan mengangkat tema-tema yang sangat relevan demi mengembangkan bisnis, salah satunya adalah seminar pada tanggal 12 Desember 2019 dengan tema yang sangat menarik dan juga kekinian pada saat ini yaitu “ Kenapa Harus 4.0?”
Mengapa ya? Tentunya semua pertanyaan dan ke-kepoan mengenai Industri 4.0 akan dijawab dalam seminar ini yang diisi oleh tiga pemateri yang berada dalam ranah bisnis dan industri 4.0, yaitu dari McKinsey & Company diwakili oleh Dr. Alpesh Patel, Edukasi 4.0 diwakili oleh Rejive Dewangga dan Dr. Heriyanto.
Ketiga pemateri ini memaparkan materinya dengan sangat menarik, mereka menjelaskan secara rinci bagaimana sebuah revolusi industri 4.0 harus segera dilaksanakan oleh UMKM maupun startup di Indonesia agar dapat bersaing dengan industri besar dan global. Revolusi industri 4.0 ditandai oleh berbagai aspek mulai dari Rescale People karena akan terjadi perubahan cepatnya transfer informasi yang menghasilkan data. Data merupakan kunci baru dalam sektor bisnis yang dapat digunakan untuk mengembangkan bisnis, karena dengan data kita dapat menganalisa peluang yang ada untuk menjadi acuan dalam menentukan langkah.
Kunci dari revolusi 4.0 adalah terus belajar dan lakukan kolaborasi. Mengapa kolaborasi?
Saat ini sudah banyak UMKM maupun Startup dengan bidangnya masing-masing, maka tidak perlu bagi kita untuk melakukan semuanya sendirian dalam artian semua proses ingin dilakukan oleh tenaga sendiri. Hal ini tentu tidak efektif lagi karena terlalu banyak resiko dan modal yang dikeluarkan. Namun, jika kita melakukan sebuah kolaborasi, kita dapat menghemat biaya pengeluaran dan akan banyak mendapatkan keuntungan karena kita dapat fokus terhadap apa yang menjadi inti dari perusahaan kita.
Banyak yang masih takut dan menganggap 4.0 sebagai ancaman dalam segi lapangan pekerjaan karena banyaknya teknologi masuk dan segi lingkungan. Sebenarnya hal ini tidak perlu menjadi ancaman untuk kita karena, dengan berevolusinya industry akan sejalan pula dengan terlahirnya lapangan kerja baru. Jadi bukan lapangan pekerjaannya yang hilang, melainkan lapangan pekerjaannya berganti. Oleh karena itu kita harus selalu melek akan teknologi dan perkembangan zaman karena hal ini tidak bisa kita hindari lagi dan Indonesia perlu segera menuju ke 4.0
Lalu bagaimana dengan masalah lingkungan? Pembahasan ini datang dari seorang penanya dalam seminar itu. Sebenarnya dengan 4.0, alih-alih menjadi ancaman lingkungan justru dengan revolusi ini yang menjadi tujuannya adalah menciptakan “Save energy, To Optimize, Clean Energy” dan tidak menutup kemungkinan pula akan menghadirkan banyak inovasi dan terobosan baru dalam menanggulangi masalah bersama ini karena banyaknya terjadi kolaborasi antar sektor.
Branding Startup
Seminar “Branding Startup” diadakan di Jepara Hall, Balai Kartini pada tanggal 12 Desember 2019 pukul 10.30 WIB. Seminar ini diisi oleh 3 pembicara yaitu Gambaran Brand, Alpha JWC Ventures dan DMIA.
Pembicara pertama yaitu Gambaran Brand menjelaskan fokus mereka dalam mengembangkan brand-brand produk di Indonesia. Berawal dari ingin menyediakan panggung untuk brand-brand lokal agar bisa dilirik oleh media maka hal ini yang menjadi concern mereka. Gambaran Brand juga membuat sebuah program di salah satu TV swasta mereka pun bisa memperkenalkan brand-brand lokal tersebut dan sampai saat ini acara tersebut sudah berjalan 80 episode. Riset yang mereka temukan adalah bahwa 90% startup mengalami kegagalan karena tidak ada orang yang menjalankan SOP dari startup tersebut serta kurangnya relasi-relasi maupun brandnya yang tidak kuat dan bukan karena teknologi yang ada dalam startup tersebut.
Kedepannya di 5.0 revolusi industri, teknologi-teknologi yang ada akan bisa berdampingan dengan manusia dan untuk memperkuat sebuah brand maka Gambaran Brand mempunyai sebuah rumusan dan ada 4 fase yang bisa membuat sebuah brand menjadi kuat yaitu dimulai dari konsumen harus kenal pada brand tersebut, dari situ maka akan menimbulkan sebuah rasa dan akan berlanjut brand tersebut akan dipahami oleh konsumen yang nantinya bisa menimbulkan rasa cinta kepada brand oleh konsumen dan ini butuh waktu untuk menyesuaikan ini semua.
Berlanjut ke pembicara kedua yaitu Alpha JWC Ventures yang dimana berfokus untuk membangun brand produk di Indonesia. Mereka membantu para brand ini untuk membangun brandingnya kepada para investor. Mereka juga membantu investasi awal untuk para brand ini karena untuk bisa membantu founder dari brand ini dalam membangun pasar baru, marketing yang lebih mudah serta memberikan partner untuk membawa perusahaan ke market yang lebih besar. Selanjutnya para brand ini akan diarahkan menuju Larger Scale Operations, Product Development/Innovation dan juga para brand ini bisa bersaing di kompetisi yang lebih besar.
Mereka memberi contoh dalam kesalahan entrepreneur food and beverages yang dimana mereka hanya mengutamakan rasa yang enak, mengikuti hype yang ada dan juga mereplikasi konsep orang lain. Hal ini yang sangat disarankan untuk brand-brand yang ada untuk dihindari dan harus ada sebuah terobosan dalam meningkatkan penjualan dari brand tersebut. Potensi-potensi yang dapat diambil dan disarankan oleh perusahaan ini sangat banyak seperti contohnya Market Size Business, Model Traction dan juga para brand ini harus menghindari yang namanya Unfair Advantages dan harus membuat Clear Business Plan.
Pembicara ketiga adalah DMIA yang dimana perusahaan ini berdiri dan bertujuan untuk membantu penjualan suatu produk. Mereka ingin mengotomasi cara orang berjualan dan menemukan skill yang ada dari produk tersebut. Mereka bekerjasama dengan Kementrian Pendidikan dan mengadakan edukasi Digital Marketing dengan basis online learning melalui platform babastudio.com dan techforid.
DMIA juga membuat program untuk membandingkan harga serta melakukan pembelian untuk suatu produk bagi konsumen yang dimana semuanya sudah di otomatisasi. Berakar dari masalah kebingungan dalam menentukan strategi harga dan menemukan niche dalam pasar maka dari itu DMIA hadir sebagai solusi sebagai database dan market analytic untuk mengetahui itu semua. Selain itu DMIA juga bisa melakukan market research tentang suatu produk dan bisa melakukan promosi dengan menyedot data dari orang-orang yang melakukan like suatu produk di Instagram dan bukan dari hashtag sehingga lebih mudah untuk mengetahui pasaran. Karena mereka berpikiran dengan seiring kemajuan teknologi maka semuanya sekarang harus berbasis data dan bisa menjadi mudah.
Biarkan Teknologi Menghasilkan Profit Untuk Anda
Seminar “Biarkan Teknologi Menghasilkan Profit Untuk Anda” diadakan di Jepara Hall, Balai Kartini pada tanggal 12 Desember 2019 pukul 09.00 WIB. Seminar ini diisi oleh 5 pembicara yaitu Head Industry 4.0 Cisco, Bogortech, Kostoom, Dbatik dan Ceritech.
1.Cisco
Pembicara pertama yaitu Head Industry 4.0, Cisco menjelaskan tentang trend yang terjadi di global pada saat ini yaitu Digital Transformation seperti contohnya Customer Experience yang berguna untuk meningkatkan loyalitas konsumen sekaligus meningkatkan pendapatan. Hal ini di dapatkan dari sebuah komplain konsumen maka bagi produsen sebuah produk itu adalah sebuah hal yang berharga karena komplain tersebut bisa terjadi karena mereka butuh akan produk tersebut sehingga dari sebuah komplain akan bisa menyelesaikan masalah yang ada di produk tersebut. Lalu ada Disruptive Innovation yang dimana ada sebuah Transform Process yang menciptakan sebuah respon yang cepat untuk merubah pasar sehingga untuk operasional produk tersebut bisa lebih efisien. Yang ketiga ada Empower Workforce yang dimana berfungsi untuk meningkatkan produktivitas dan untuk menarik serta mempertahankan konsumen dari produk tersebut.
2. Bogortech
Pembicara kedua yaitu Bogortech yang bergerak di bidang engineering membuat sebuah jasa mulai dari pekerjaan Front End Engineering Design, Automation, Robotics System dan lain-lain. Lalu mereka juga membuat Internet of Things atau IoT seperti Vehicle Monitoring System yang dimana bisa melacak kendaraan anda dalam satu Dashboard saja, lalu juga ada Automatic Meter Reading untuk melihat bahan bakar kapal yang dimana selama perjalanan mungkin saja bahan bakar yang ada di kapal bisa terjadi masalah. Produk mereka yang lain ada juga Retail Monitoring System yaitu untuk melacak Stock Opname. Bogortech juga menciptakan software seperti desktop dan web app seperti Building Automation dan juga merancang kontrol mobil listrik yang bekerjasama dengan salah satu universitas negeri di Jakarta. Perusahaan ini sudah 6 tahun bergerak dan memiliki partner beberapa perusahaan besar. Di era keterbukaan 4.0 seperti sekarang, dimana semua data bisa dibuka dan di analisa maka memungkinkan mereka untuk membantu perusahaan dalam sektor Regulator, Manufaktur, Retail dan User. Mereka juga berkata bahwa tantangan untuk IKM-IKM sekarang ini sangat banyak dan ada 4 syarat untuk Bogortech dalam membantu pembuatan device untuk mempermudah IKM ini yaitu Low Cost, Reliable/Proven, Easy to Use dan yang terakhir Safe.
3. Kostoom
Pembicara ketiga yaitu Kostoom merupakan sebuah aplikasi One Stop Solution For Fashion Service yang dimana berawal dari pemilik aplikasi ini yang ingin membantu ibunya yang membuka usaha menjahit rumahan untuk menjual produknya. Dengan diawali dari riset yang dimana Kostoom mengumpulkan para penjahit-penjahit yang berdiskusi tentang kecilnya upah mereka dan Kostoom ingin menghapuskan sebuah gap antara penjahit dan fashionpreneur tersebut. Visi mereka adalah untuk meningkatkan perekonomian dalam bidang fashion dan teknologi. Layanan yang diberikan oleh mereka adalah mulai dari jasa jahit dimana mereka melihat peluang untuk menyediakan layanan jasa jahit sekaligus mencarikan bahannya untuk konsumen. Berlanjut akhirnya ke Photoshoot Product, Business Package, Membership Plan, Fabrics E-commerce, Pre Order Products, Fashion Consultation, Product Packaging sampai Fashion Transparency dan itu semua merupakan jasa yang ditawarkan oleh Kostoom ini. Mereka berniat untuk meningkatkan value dalam suatu baju yang dimana bisa membantu para penjahit ini. Kostoom juga memiliki misi sosial untuk menciptakan New Fashionpreneur/Brand dan sampai saat ini brand yang sudah tercipta lewat aplikasi ini sudah sampai 1000 brand baju.
4. Dbatik
Berlanjut ke pembicara keempat yaitu Dbatik yang merupakan aplikasi untuk memudahkan para pengrajin batik dalam mendesain produk batiknya secara digital. Riset yang dilakukan mereka adalah melatih para UMKM dalam membuat desain motif batik secara digital sejak tahun 2015-2018 dan Dbatik ini juga melakukan pengenalan aplikasi desain kepada mereka mulai dari Photoshop, Corel Draw dan lain-lain. Masalah yang dihadapi para UMKM ini adalah mereka memiliki pasar yang sempit, lalu pengrajin sulit membuat motif digital, kurangnya mengikuti Digital Marketing dan UMKM ini masih bersaing dengan garment. Kurangnya UMKM dalam branding produk juga menjadi kendala yang akan diberikan solusinya oleh aplikasi Dbatik ini. Dbatik juga membantu konsumen dalam membeli batik di satu aplikasi ini saja dan Dbatik juga memiliki fitur untuk menyediakan berbagai macam motif pola batik sehingga lebih memudahkan siapa saja untuk mendesain batik.
5. Ceritech
Pembicara terakhir yaitu Ceritech adalah sebuah startup yang bergerak di bidang fermentasi kopi serta pengeringannya. Berlatar belakang dari potensi kopi di Indonesia yang sangat besar, mereka membuat simplifikasi kopi dari kebun sampai menjadi produk kopi yang kita minum. Fokus dari Ceritech ini adalah menjadikan kualitas biji kopi yang baik dan nantinya juga akan berpengaruh pada harga serta rasa dari kopi tersebut. Masalah yang berakar dari inkonsistensi rasa kopi yang dihasilkan petani membuat Ceritech ini melakukan riset mulai dari produsen sampai ke roastery kopi tersebut dan hipotesis yang dapat diambil adalah karena cara yang dilakukan masih tradisional serta kurangnya data practice dari proses kopi tersebut sehingga ini yang menjadi concern mereka. Untuk Pilot Projectnya mereka lakukan di Kopi Florist di Bandung yang dimana setelah dilakukan ternyata bisa mengefisiensikan waktu dan dampak yang diharapkan oleh mereka adalah adanya konsistensi dari rasa kopi lalu dapat meningkatkan kualitas serta membuat ekosistem “Better Coffee and Better Sustainability”.
Minimalkan Resiko Pembengkakan Biaya Operasional Walau Cuma Usaha Kaos Kaki
Dalam menjalankan bisnis diperlukan strategi dalam menjalankannya, seperti strategi marketing dan khususnya yang terpenting dan krusial adalah strategi dalam operational. Hal ini dianggap krusial karena apabila rantai operational tidak diperhitungkan secara cermat akan menyebabkan biaya operational yang akan membengkak. Sehingga diperlukan metode untuk menjaga rantai pasok dengan pendataan yang comprehensif. Banyak orang yang mengira bahwa metode seperti ini ribet dan hanya dibutuhkan oleh perusahaan besar saja. Namun ternyata pandangan itu keliru. Apapun bisnisnya diperlukan perhitungan dalam operational jika harapannya usaha tersebut akan menjadi usaha yang besar dengan penjualan yang terus meningkat.
Hal itulah yang sempat dirasakan Susi, janda dua anak yang tinggal di pojok daerah Jakarta. Susi seorang wanita pekerja keras, terlihat dari kemampuannya dalam bertahan dari kehidupan yang begitu keras ini. Semenjak pisah dengan mantan suaminya yang memilih wanita lain, Susi memang menjadi tulang punggung untuk membesarkan kedua anaknya. Ia tidak ingin kegagalannya dalam berumah tangga menjadi berdampak pada tumbuh kembang anaknya. Oleh sebab itu, Susi menjalankan berbagai cara agar anaknya mendapatkan pendidikan dan fasilitas yang baik. Susi bekerja dari rumah ke rumah untuk membantu aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menyetrika, dan bebersih.
Bertemunya Susi dengan kang Ali membuka peluang baru untuk Susi bisa berbisnis. Susi dan kang Ali sudah kenal sejak dulu karena mereka berasal dari satu kampung halaman di Subang, dan sama-sama menyambung hidup di Jakarta. Saat pertemuan yang tidak sengaja itu, kang Ali dan Susi saling bercerita mengenai kesibukannya saat ini. Kang Ali yang diketahui Susi menjadi supir beberapa tahun yang lalu, ternyata sudah berubah nasib. Kang Ali kini menjadi pemilik brand kaos kaki yang produknya diambil dari pabrik kaos kaki yang dimiliki temannya. Kang Ali memang bermain pada penjualan skala besar untuk kaos kakinya. Ia memasuki kaos kakinya juga sampai ke supermarket-supermarket dan toko buku di Subang. Melihat keadaan Susi sebagai tulang punggung keluarga, kang Ali mengajak Susi untuk bergabung menjadi resellernya. Melihat kesuksesan kang Ali, membuat Susi tertarik untuk bergabung.
Di awal Susi mengambil 2 lusin kaos kaki yang dijualnya pada majikan-majikannya. Dengan harga yang murah membuat kaos kaki Susi cepat laku. Kemudian Susi meminta pengiriman lagi 3 lusin, sembari ngumpul dengan tetangga-tetangga Susi sering membawa kaos kakinya, lagi-lagi kaos kaki Susi cepat laku dan habis. Setelah Susi pikir-pikir ternyata harga kaos kaki yang murah tersebut, membuat orang-orang tidak berpikir lama untuk membelinya. Untuk pemesanan selanjutnya Susi memberanikan diri memesan satu karung besar, dengan rencana ia ingin memasukkannya ke toko buku di Jakarta, karena kebetulan salah satu majikannya pemilik supermarket dan toko buku di Jakarta.
Dalam waktu 3 bulan, Susi deal untuk memasukkan kaos kakinya ke beberapa 2 toko milik majikannya dengan produk yang rutin di kirim 1x seminggu dengan sistem konsisten. Saat berada dalam kondisi inilah Susi merasa kewalahan dalam mendata produk masuk dan keluar karena semua data masih dilakukan secara manual. Untuk mengatasi hal tersebut, Susi menyadari diperlukan adanya sistem untuk mengatur bisnis kaos kakinya. Dan VIE-lah solusi dari masalah ini, dengan penggunaan sistem ERP yang bernama vie, Susi mampu memudahkan pendataan produk yang keluar dan masuk dengan mengurangi kekeliruan pendataan. Selain itu VIE juga dilengkapi dengan blockchain yang menjamin keamanan data dengan harga yang murah dan terjangkau untuk digunakan oleh UMKM. untuk lebih mengetahui soal VIE silahkan kunjungi link berikut https://www.vie.co.id/.
Saat pemesanan kaos kaki Susi mendapatkan peningkatan dengan mitra toko yang lebih banyak. Susi mengalami masalah baru sebab pemesanan dari toko sering berubah-ubah dan Susi harus terus menelpon pihak vendor yang untuk informasi perubahan pemesanan karena barang masih bersisa dan lain sebagainya, belum lagi dari pihak vendor yang terkadang tidak tidak bisa fleksibel karena pemberitahuan yang mendadak dan lain sebagainya. Kasus ini menyebabkan berbagai resiko seperti barang yang bersisa dan lainnya. Setelah dihitung-hitung begitu banyak stok yang tersimpan yang menyebabkan pembengkakan biaya operational karena tidak sebanding dengan profit yang didapat. Dengan kondisi ini diperlukan sistem yang terintegrasi untuk mengontrol supply chain. SSC adalah solusi bisnis dalam aktivitas supply chain. SSC akan mengkonekkan setiap mitra dalam ekosistem bisnis dengan menggunakan sistem blockchain yang memberikan keamanan pada data yang diberikan karena setiap mitra memiliki record yang sama dan hak yang sama untuk mengubah dan mengatur bahkan menghapus. SSC hadir untuk meminimalisir kecacatan dalam pendataan agar profit dapat dioptimalkan. Untuk informasi lebih lanjut dapat kunjungin link berikut https://www.ssc.co.id/
Sukses menjalankan bisnis kaos kakinya membuat Susi dapat menyekolahkan anaknya di sekolah yang bagus. Susi selalu berharap anaknya mendapatkan masa depan yang lebih baik. Susi dibesarkan dari keluarga yang broken dan sulit dalam kondisi ekonomi sehingga Susi tidak dapat menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Sehingga Susi sulit untuk bisa masuk kerja di perkantoran. Karena pada umumnya kantor meminta karyawan dengan minimal pendidikan setara sarjana. Susi tidak mau kesulitan yang ia alami dialami oleh anak-anaknya dan juga anak-anak lain yang senasib dengannya. Oleh karena itu Susi turut menyumbang 10% dari keuntungannya untuk mendukung pendidikan anak-anak kurang mampu agar mereka tetap mampu bersekolah dengan hak yang sama dengan yang ia berikan kepada anak-anaknya. Melalui Pureheart Susi menyalurkan sumbangan tersebut secara rutin. Dan pureheart memberikannya kepada anak-anak di panti asuhan, dan anak-anak jalanan untuk dibuatkan sekolah sebagai tempat mereka mendapatkan ilmu dan pengajaran. Untuk lebih lengkapnya mengenai pureheart silahkan kunjungi laman ini https://pureheart.ledgernow.com/